Minggu, 07 Februari 2021

Pakai Masker

 





Kamis, 02 Januari 2020

Seni Berbicara Larry King

Berbicara memang kemampuan dasar yang harus dimiliki manusia. Ia serupa alat vital yang tanpa kehadirannya peradaban manusia tidak akan berlangsung lama. Ledakan revolusi kognitif pada manusia ditandai dengan peningkatan komunikasi dan berbahasa pada manusia. Wajar saja bila kemampuan satu ini perlu kita kuasai dengan baik.

Tidak sedikit buku-buku yang membahas tentang cara berkomunikasi dan seni berbicara. Salah satunya yang ditulis oleh Larry King, Pembawa Acara ternama dari Amerika yang telah berkarir puluhan tahun. Ia host tetap pada acara Larry King Live, program talkshownya setahun lebih awal dibanding The Oprah Winfrey Show. Walau demikian, keduanya terhitung sebagai pemabawa acara kawakan di pentas pertelevisian.

Jika diperhatikan gaya Larry King dalam beberap talkshownya, ia begitu pandai membuat narasumber nyaman berbicara dengannya. Caranya menyampaikan pertanyaan begitu menarik bintang tamu untuk memberikan jawaban sedetail-detailnya. Bahasa tubuhnya, empatinya serta mimik muka dan intonasi suaranya menunjukkan betapa ia memberikan minat yang besar terhadap lawan bicaranya. Dan Satu hal lagi, ia memberikan respon yang bersahabat.

Ada satu pesan yang nampaknya perlu kita catat baik-baik, kemampuan mendengar adalah cara paling mendasar dalam berkomunikasi. Banyak orang bertanya apa kabar namun tidak benar-benar mendnegarkan jawabannya/ Ini adalah hal paling menjengkelkan. Seperti basa-basi sekali lalu yang memuakkan. Jangan sampai yah!

Seni Berbicara ala Larry King

Kamis, 26 Desember 2019

2 Faktor Penyebab Gagal Bayar Jiwasraya

Lagi, perusahaan negara ternacam gulung tikar. Kali ini perusahaan Jiwasraya yang menjadi pekerjaan rumah bagi elit negara untuk segera diselesaikan. Perusahaan plat merah ini mengalami gagal bayar dengan potensi kerugian yang menembus angka 13 milyar. Nominal yang besar bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Akar masalahnya adalah produk JS saving plan. Awal mula launchingnya memang sudah diniatkan untuk mengejar premi. Tujuannya tak lain untuk menggenjot pertumbuhan premi pada perusahaan Jiwasraya. Memang terbukti, sejak dibuka pertama kali penjualannya, produk ini langsung melambungkan pertumbuhan premi jiwasraya. Bahkan lebih dari setengah penerimaan premis jiwasraya diperoleh lewat produk Js Saving Plan.

Namun menjelang jatuh tempo, masalahnya mulai muncul. Dana yang tersimpan di Jiwasraya nyatanya tak mampu menalangi keweajiban premi yang jatuh tempo.

Setidaknya ada beberapa penyebab yang bisa kita turunkan dari kasus ini. Pertama Jiwasraya menjanjikan keuntungan yang terlampua tinggi dari produk asuransi. Yakni kisaran angka 7 persen sampai 13 persen. Jaminan keuntungan yang bank sekalipun belum berani menwarkannya kepada publik. Entah apa yang merasuki mu.... *Tik tokeun...

Kedua, pengelolaan investasi yang tidak melalui pertimbangan yang matang. Ini masalah vital. Janji memberikan keuntungan memaksa Jiwasraya berpikir keras untuk mencari investasi bisnis dengan keuntungan besar. Inilah yang memaksa mereka untuk menanamkan dana di pasar saham. Saham gorengan yang rentan ambruk, sekalipun untung besar, nyatanya juga mereka embat. Bahkan penyaluran dana investasinya lumayan besar. Walhasil ketika, investasi tak mampu memberikan keuntungan besar, Jiwasraya pun hanya bisa meratapinya.

Minggu, 11 Oktober 2015

Ekonomi Islam Dalam Kacamata Micro Finance

Ekonomi Islam

Oke kawan kawan, kembali dengan curcol saya mengenai ekonomi islam. Mungkin sebagian kawan kawan sudah mengetahui bahwa di dalam ekonomi islam ada sebuah pembahasan tentang micro finance. Nah, hari ini saya berkesempatan menghadiri salah satu acara besutan lembaga micro finance. Sebuat saja namanya Baitut Tamkin Tazkia Madani sob...

Saya pribadi punya pandangan bahwa salah satu tombak perekonomian islam adalah lembaga mikronya, lebih spesifik lagi lembaga itu mengejawantah dalam bentuk baitul mal wat tamwil. Karena menurut saya, inilah lembaga yang bersentuhan langsung dengan masyarakat msyarakat kelas bawah, bahkan juga bersinggungan dengan masyarakat persawahan. Nah salah satu lembaga mikro islam yang saya kenal ya,  yang saya sebutkan tadi "BTTM."

Pada kesempatan kali ini saya akan bertutur bagaimana lembaga ini berkembang dan ikut berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat di desa Babakan Madang dan Sukaraja. Kabra terakhir yang saya dengar, terhitung sampai saat ini sudah ada sekitar 2279 ibu-ibu yang menjadi anggota dari koperasi pemberdayaan ini. Berhubung jumlah yang begitu banyaknya dan tersebar di beberap desa yang ada di kedua kecamatan tersebut, maka mereka dikumpulkan dalam bentuk kelompok-kelompok di setiap desanya. Kurang lebih ada 142 kelompok yang menjadi wadah kegiatan simpan pinjam ibu-ibu BTTM.

Perlu kawan-kawan ketahui bahwa BTTM ini merupakan lembaga yang berada di bawah naungan yayasan Tazkia Group dan masih satu keluar dengan Sekolah Tinggi ekonomi Islam (STEI) Tazkia. Lembaga ini merupakan ejawantahan dari pengabdian Tazkia kepada masyarakat di sekitarnya. Kalu bicara jumlah peredaran dananya saya tidak tahu sob, sekalipun terbilang masih muda, lembaga ini sudah lumayan diperhitungkan. Dan setahu saya belum pernah dapat suntikan dana dari lembaga pemerintahan jadi masih terhitung independen. Ini opini pribadi saya yah, hehe wajarlah jika masih terkesan subjektif. Tapi untuk jumlah anggota dan kelompoknya, saya bisa tidak main-main. Karena angka itu saya dapatkan dari Pak Abdul Haris yang bertindak sebagai manager BTTM sendiri.

Keuangan Mikro Syariah

Oh ya, saya lupa. Acara BTTM yang saya hadiri hari ini adalah pengumuman kelompok terbaik dari setiap desa dan penyerahan piala berserta penghargaan kepada para pemenang Tilawah Quran, lomba masak dan lomba marawis yang diadakan dalam peringatan 1 muharram. Nampaknya saya harus semakin giat lagi dalam memperdalam ekonomi islam, khususnya mikro syariah.


Ekonomi Islam

Ekonomi Islam

Jumat, 09 Oktober 2015

Ekonomi Islam Dalam Sejarah Saya

saya hanyalah seorang manusia yang belum mampu menguasi kehendak pribadi secara utuh. Maaf sob.. bukan hendak curhat, tapi memang saya secara pribadi memberikan ruang sebesar besarnya pada diri saya untuk jujur terhadap ketidak inginan yang saya tak suka. Paham kan maksud saya, lagi lagi ingin saya tekankan, sekalipun saya bertutur layaknya orang yang mengajak berbicara, sekalipun saya tak bermaksud agar kau memberi tanggapan terhadap yang saya tulis.

Di sore menjelang malam saat ini, saya hendak menuangkan ide mengenai perjumaan saya dengan ekonomi islam. Secara primordial, saya tidak punya hubungan sama sekali dengan pembahasan maupun dunia yang satu ini. Tapi karena ada sebuah kehendak yang maha absolut, saya tak kuasa untuk menolak takdir yang saya jalani ini. Saya adalah santri yang kebetulan dulu mengambil konsestrasi di IPA ketika sekolah menengah atas, walaupun masih ada irisan dengan kesantrian saya, namun ekonomi merupakan hal yang baru bagi anak IPA.

Tetapi setelah saya pikir-pikir, semenjak kapan ada pendikotomian pengetahuan dalam kehidupan ini. Seakan akan kemampuan kita sudah dibatasi secara formal dan tradisi. Padahal siapa yang bisa mengira jika kita juga bisa menguasai berbagai macam pengatahuan jika ada kemauan. Sampai disini barulah saya sadar, bahwa saya tidak boleh terjebak dalam batasan batasan semu yang diciptakan manusia.

Rasa tak mampu musti segera dibuang jauh jauh agar tak jadi benalu. Lagi pula jika benar ilmu itu dibatose hanya untuk orang orang tertentu, dan orang yang menguasai banyak ilmu dianggap anomali, itu pikiran dan stigma sesat. Dari sini mengapa saya mencoba meleburkan diri dalam lembah ekonomi islam. Tentu kau bertanya, mengapa demikian bukan? entahlah saya juga tak bermaksud apa-apa. !@#$%^&*

Sekali lagi saya sampaikan, tujuan tulisan ini hanya untuk menuangkan apa saja yang kebetulan melintas dalam pikiran saya. Ditulis tanpa bermaksud memberikan pemahaman apalagi pengetahuan bagi pembaca. Namun tentunya saya lakukan ini karena memang ada sebuah alasan yang menjadi bagian dari kewajiban saya dalam memenuhi nafkah fisik saya sekaligus aktivitas memberi makan fitrah saya, selaku mahasiswa yang berkebutuhan terhadap interaksi sosial. Sadaaaaaaaaaaaaaap. 

Ketika saya menulis ini, ada sebuah ganjalan yang muncul dalam pikiran saya. Apakah yang saya lakukan ini akan menjadi hal yang sia sia di mata sang Pencipta. Akan menjadi apa pula tulisan tulisan yang saya lahirkan di dunia maya ini ketika saya telah tiada. Dampak seperti apa yang akan dihasilkan dari tulisan-tulisan yang dilahirkan tanpa maksud ini. Lagi lagi saya hanya berharap, mudah-mudahan apa yang saya lakukan ini tidak hanya sekedar aktivitas hampa makna. Sekalipun saya sudah bisa mengira-ngira apa jawabannya, tetap saja pertanyaan ini harus muncul dalam tulisan. Karena beginilah cara saya berkomunikasi dengan diri saya. hehe

Saya selaku penulis hanya ingin menyampaikan bahwa saya merupakan seorang mahasiswa yang pernah belajar di jurusan ekonomi islam, ekonomi yang digadang-gadang akan menyelesaikan permalasahan perekonomian bagi siapa saja yang menerapkannya. Mudah mudahan saya bisa membumi dengan segala nilai dan amal ekonomi syariah yang saya pelajari tadi. Amien.

Kamis, 08 Oktober 2015

Lomba Memasak di Kampus Ekonomi Islam

Babakan Madang adalah sebuah titik terkecil yang ada di peta kabupaten Bogor. hahhaha ini hanyalah pengatar tulisan yang saya tuangkan siang hari ini dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan tema yang akan saya sampaikan.

Siang hari ini ada sebuah momen menarik yang sempat tertanggap lensa mata saya, yakni lomba memasak ibu-ibu. Disini saya melihat kehebohan yang tidak terbantahkan. Pa pula bahasanya kehebohan tidak terbantahkan. Betul sih, karena lomba ini memang ditujukan untuk ikut menyemarakkan peringatan 1 muharram yang akan jatuh pada tanggal 15 Oktober nanti.

Ibu ibu ini adalah anggota binaan Baitut Tamkin Tazkia Madani (BTTM), sebuah lembaga Microfinance hasil binaan Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) tazkia. yah Kampus tempat saya berburu Ilmu pengetahun. Menimba dan menjerat segala hal yang berkaitan dengan ekonomi menurut titah Tuhan. Loh, bahasa gue kok bahasa filsuf beud yah...

Sifat dasar manusia yang tidak lepas dari lupa dan khilaf, menuntut kita sebagai muslim juga menciptakan budaya-budaya peringatan. Makanya sob sering kali kita dengar istilah milad dan sejenisnya. 

Saya menyaksikan lomba ini masjid kampus, tempat mahasiswa yang menuntut pembelajaran ekonomi islam di tanah Indonesia. Oh ya gue lupa menyampaikan keunikanyang diciptakan ibu ibu yah. Keunikannya terletak pada bahan dasar lomba memasak ini. Kau tau apa bahanya? Bahan dasarnya adalah singkong. Itu tu pangan yang di mata sebagian orang adalah terkesan tradisional. Namun dengan daya kreativitas nan super, singkong yang terkesan kampungan tadi menjelma menjadi kuliner kuliner super yang menggoda. Mantap nian.

Sebuah Pengalaman: Mengapa Memilih Jurusan Ekonomi Islam?

Sebenarnya saya malam ini mau buru-buru tidur sob... Tapi rasa kantuk ini secara perlahan menghilang tak tau kemana paska saya merampungkan satu tulisan ini. Entah kenapa, saya merasa semangat kembali bangkit untuk membuat satu tulisan lagi menjelang tidur. hehhe

Tapi saya kagok ni mau nulis apa, ya akhirnya saya tuliskan saja apa yang mengalir dalam pikiran saya. Oh ya, saya ingin menulis mengenai penglaman saya saja dah. Bagaimana dulu tahap tahap yang saya lalui ketika memutuskan untuk kuliah.

asal kau tahu sob... saat ini saya mengambil konsentrasi intelektual *asik* yang berkaitan dengan jurusan ekonomi islam, program S 1 tentunya. Karena memang tak ada jurusan yang bisa memfasilitasi akselerasi 4 tahun kuliah langsung tuntas S3 hehehe.

Singkat cerita, saya memutuskan untuk mengambil jurusan ekonomi islam, lebih dalam lagi konsentrasi yang saya ambil adalah Bisnis Manajemen Islam. tentu dong sebelum memilih, saya selaku insan yang mempunyai akal musti melalui tahap dinamika dulu di tataran pikir. Mulai dari mempertanyakan apa urgensitasnya, apa benefit serta berapa cost yang saya butuhkan ketika memutuskan untuk mengambil jurusan tersebut. hahha lalu apa?

Bagi saya, sebagai seorang muslim tentu kita harus melakukakan proses penerapan nilai-nilai keislaman di sleuruh aspek kehidupan. Tentu bukan hanya sebatas penerapan simbol atau identitas semu saja, melainkan menerapkan dan membumikan nilai islam itu juga dalam bentuk amal perbuatan yang memberikan rasa aman bagi siapa saja yang bersentuhan dengan kita. Lalu pertanyaan selanjutnya, bagaimana mengidentifikasi bahwa sesuatu itu berkesesuaian dengan nilai-nilai islam apa tidak? saya akan melihat rujukan dari pengambilan nilai-nilai tadi. 

Sependek pengamatan saya, apa yang dipahami dan dilihat sebagai ekonomi islam saat ini merujuk pada al-Qur'an dan Hadits serta proses penggalian semangat dari sejarah para nabi dan sahabat. Ini yang menjadi pendorong saya kenapa saya memilih jurusan ekonomi islam. Disamping itu juga, secara instrumen keuangan, ekonomi islam tidak akan tergerus oleh inflasi, karena sejatinya dalam islam, uang dipahami sebagai alat penyimpan nilai selain juga sebagai alat tukar. Sehingga yang menjadi instrumen pertukaran musti memiliki nilai intrinsik. Itulah cakap saya mengenai sepenggal masa lalu saya. Good Night sob..